PurbalinggaNews – Kasus stunting tidak hanya menjadi tugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Purbalingga saja melainkan dari lintas sektoral juga berperan serta dalam penanganan stunting di Purbalingga. Tentunya permasalahan stunting ini harus dipahami dimana stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang biasanya disebabkan karena kekurangan gizi.

“Tapi sebetulnya gizi tidak menjadi faktor mutlak permasalahan stunting ini,” kata Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi (Tiwi) saat Rapat Koordinasi Penanganan Stunting di kabupaten Purbalingga Tahun 2019 di Ruang Rapat Ardi Lawet, Kamis (11/7).

Stunting juga dipengaruhi dari faktor genetic walaupun faktor gizi yang lebih mendominasi. Oleh karena itu untuk mengentaskan stunting diperlukan upaya komprehensif.

“Dinkes tidak akan mampu untuk menangani masalah stunting sendirian kenapa begitu karean stunting tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan saja,” ujar Bupati Tiwi.

Ia menjelaskan stunting tidak hanya terkait masalah kesehatan atau asupan makanan saja tetapi terkait dengan akses pangan. Ini berbeda, jadi terkait dengan masalah akses pangan, akses pangan selama ini dapat diakses dengan mudah atau tidak oleh masyarakat.

“Kemudian terkait dengan harga pangan juga, jadi harga pangan itu seperti apa sekarang, semakin tinggi harga pangan, masyarakat saja tidak bisa mengakses sudah barang tentu mereka akan kekurangan gizi,” imbuhnya.

Di samping itu, terkait dengan masalah sanitasi, kemudian terkait dengan rumah yang tidak layak juga lapangan pekerjaan. Semakin banyak orang yang tidak bisa bekerja dan ekonominya masih rendah, sudah barang tentu mereka tidak bisa mengakses kecukupan kebutuhan gizi.

“Inilah yang menyebabkan stunting dan inilah perlunya penanganan bersama antar seluruh klompoinen masyarakat termasuk lintas sektoral jadi tidak hanya kesehatan tapi ada Dinrumkim, kemudian tadi Dinnaker, Dinpertan, DKPP dan sebagainya,” jelas Bupati Tiwi. (PI-7)